Kamis, 27 November 2008
Beli Bra di Petisah
2 komentar Diposting oleh vithry is an ordinary girl di Kamis, November 27, 2008Sumpah, ini bukan nenek gue
Karena merasa malu, nenek gue pun menanyakan keanehan yang dilakukan nenek San-san, dan mau tau apa jawabannya? Eng ing eng… “Ah, tak muat BH ni buat Kak Md. Buktinya tak muat di kepalaku, ukuran dia sama persis dengan kepalaku. Sudah kuukur kemarin BHnya.”
Gubrak… Nenek gue dan pemilik kios cuma bisa bengong dan geleng-geleng kepala. Ga tau mau ngomong apa lagi sama adik nenek gue yang satu ini. Dimana lagi coba ada orang yang make kepala untuk mengingat ukuran cup bra?
Antara (Sopir) Taksi dan (Keluarga) Kecoa
0 komentar Diposting oleh vithry is an ordinary girl di Kamis, November 27, 2008
Ada seorang teman gue yang baik dia maupun keluarganya cuek sama kebersihan, alhasil walaupun gue seneng temenan sama dia, tapi gue paling malas main ke rumahnya, apalagi kamarnya. Pakaian kotor berserakan dimana-mana, seprai tempat tidur jarang diganti walau sudah dekil, bukan karena ga punya seprai lain tapi karena malas. Ditambah lagi kamarnya ga ada jendela dan ac menyala dua puluh empat jam non-stop. Itu semua bikin kamarnya jadi terasa lembab dan suram. Kalau gue lagi di kamarnya, otak khayalan tingkat tinggi gue langsung beraksi, gue ngerasa kalau gue adalah jamur yang hidup di habitat gue (tempat lembab) atau gue ngerasa kalau paru-paru gue isinya sudah jamur dan debu semua.
Lain lagi cerita temen gue yang lain. Temen gue yang satu ini anak kos, yang biarpun cowok tapi gue anggap orangnya cukup rapi. Nah temen gue ini punya kiat jitu kalau kamarnya lagi berantakan. Dia mengajak gue dan temen-temen segeng buat nongkrong di kosannya yang memang menjadi basecamp kami karena kosan dia mengijinkan cewek masuk juga, asal ga macem-macem. Alasannya simpel, karena gue dan salah seorang teman cewek gue ga suka berantakan, jadi setiap mau pulang kami pasti merapikan kamar dia, minimal seprai dan selimutnya. Kurang ajarnya setiap kami di kosannya, dia selalu mengeluh kalau malamya di kamarnya dia jadi banyak rambut, karena rambut cewek jelas lebih mudah rontok dibanding cowok.
Taksi pertama yang kami panggil adalah taksi tarif lama berwarna putih. Taksi itu melambat melewati kami. Sialnya waktu kami mengejar taksi itu, eh tuh taksi malah ngeloyor gitu aja. Akhirnya datang taksi kedua, sebuah taksi tarif lama juga berwarna biru dengan lambang kuning tokai. Kami pun bergegas naik karena takut tuh taksi kabur juga. Belum jauh perjalanan, kami baru sadar kalau ternyata taksi itu tidak hanya mengangkut dua penumpang. Seekor anak kecoa muncul dari belakang kursi pak supir. Langsung saja kecoa kecil itu terbang karena kibasan handout yang gue pegang. Masalah selesai? Ternyata belum saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Ternyata bau nasi goreng dan mie goreng kami mengundang perhatian semua penumpang taksi tersebut. Mereka pun tanpa malu-malu menunjukan wajah mereka. Dan kali ini yang muncul bukan cuma anak kecoa seperti mulanya, tapi juga anak, cucu, ibu, bapak, kakek, nenek, om, tante, sepupu, keponakan dan biang kecoa alias BANYAK BANGET! Gue sama Vashty yang emang sebenernya jijik banget sama yang namanya kecoa pun cuma bisa melakukan pencak silat bersenjatakan handout sambil geser sana sini. Sialnya, medengar kericuhan di belakang si supir taksi cuma nanya, “Kenapa mbak?”. Brengseknya, pas kita jawab banyak kecoa tuh tukang taksi malah dengan santainya bilang, “oh kecoa”. MAKSUD LOE??! Secara dia sudah mengangkut puluhan penumpang gelap di taksinya dan dia cuma bereaksi, “oh kecoa”? Apa mungkin tuh kecoa masih saudara sama tuh supir taksi ya, jadi dia ga berani ngusir tuh kecoa. Kali aja dalem hati dia bilang, “Aduh, ibu mertua gue iseng banget sih, gangguin penumpang.” Oh my cat is so cute, kapan sih nih taksi bakal sampai di rumah Vashty, mana macet lagi, Hosh!