Rabu, 03 Desember 2008

Pesta Pizza

Suatu ketika, mama harus dinas ke Medan selama seminggu, pada hari Kamisnya, papa menyusul, itung-itung mau ketemu saudara. Jadilah selama empat hari gue sebagai anak tertua jadi penanggungjawab di rumah. Pada hari Sabtunya, karena suntuk di rumah tapi dilarang mama via telepon untuk pergi ke mal karena katanya ‘Bahaya, Lagi Banyak Teror Bom Gara-Gara Amrozi Dieksekusi’ akhirnya gue dan adek-adek gue memutuskan untuk pergi makan siang di Slipi Jaya (ini ga masuk hitungan mal, kalau kalian pernah ke Slipi Jaya pasti tau alasan gue bilang begitu) dan pulangnya kita pergi ke rumah nenek yang tinggal ngesot dari rumah dan bakal disana sampai malam buat nonton vcd-vcd yang gue sewa non-stop, mulai dari salah satu film psikopat favorit gue, Valentine, film Pirates Of Caribean yang Dead Man Chest sama At The End World (bener ga itu judulnya? Agak lupa gue), sampai film Tarix Jabrix-nya The Changcuters.

Malamnya, sekitar jam tujuh, waktu lagi permulaan film Pirates yang At The End World, perut kita udah mulai laper. Awalnya om gue ngajak kita buat keluar cari makan, gue pun mencetuskan ide gue buat makan roti cane kari ayam di Sabang yang rasanya mak nyus abis, cobain deh, tempatnya ada di kaki lima di pojokan Sabang seberang Rumah Makan Garuda (promosi abis !!!). Tapi ternyata cuaca berkata lain, di luar hujan. Masalahnya, mobil om gue adalah jeep tua yang ga ada ac-nya. Ga mungkin dong kita pergi sambil buka kaca, entar kebasahan, tapi kalau tutup kaca, pengap. Mau ngambil mobil ke rumah, tetep aja harus naik mobil, ga mungkin ujan-ujanan naik motor, bisa-bisa basah kuyup, mana jalanan becek, ga ada ojek, muka lecek, badan bau kechek (kok jadi slogannya Cinta Laura?). Dan lagi setelah dipikir-pikir gue juga ga mau makan kuah kari campur air hujan.

Akhirnya, emang dasar otak gue pinter, gue pun menelpon Pizza Hut Slipi Jaya. Setelah menyebutkan alamat rumah nenek gue, gue pun memesan satu loyang pizza super supreme ukuran large, satu loyang pizza meat lovers ukuran large, sama satu loyang pizza deluxe chesse ukuran medium, pinggirannya semua biasa aja, ga usah pake macem-macem. Ga pakai lama ya mbak, oiya saos sambalnya yang banyak (loh kok jadi mesen?).Oiya buat catatan gue mesen sebanyak itu karena saat itu di rumah nenek gue selain ada nenek gue dan kita bertiga, juga ada om Udi, anak nenek gue yang paling bungsu, tante Susi, istrinya om Udi, dua ekor anaknya Bagas dan Fina (tapi Finanya lagi tidur jadi ga bisa main makan), satu ekor keponakan gue yang lain, Dena dan bokapnya om Ade.

Lima belas menit kemudian pizza pesenan gue pun datang dan langsung diserbu oleh semuanya. Nenek gue yang ga suka keju pun memilih satu potong pizza meat lovers. Baru makan setengah potong, nenek gue pun langsung mengeluarkan suara maut penghilang nafsu makan yaitu “HUEKS…”. Nenek gue pun langsung menghibahkan potongan miliknya pada om Udi yang disambut cengiran dan kata-kata pujian sayang “Mama norak ah!” dari om gue yang paling bandel tersebut. Hanya dalam sepuluh menit, tiga loyang pizza sudah tamat tak berbekas (serius, bahkan si Bagas sampai menjilati karton bekas yang terkena lelehan keju. Gue rasa mungkin masak tuh pizza menghabiskan waktu lebih lama daripada kita makannya). Nenek gue yang baru kembali dari dapur buat minum pun bertanya kenapa kita semua udah berhenti makan. Waktu kita jawab karena pizzanya udah habis, nenek gue ga percaya kalau kami bisa ngabisin pizza sebanyak itu hanya dalam waktu sepuluh menit. Sayangnya, yang nenek gue ga tau adalah gue dan adek-adek gue plus om Udi adalah monster pizza yang mampu menghabiskan masing-masing setengah loyang dalam waktu yang sama dengan yang lain makan satu potong tanpa ngerasa eneg (buset, panjang bener ya kalimatnya?). Nenek gue pun berdiri dari kursi singgasananya dan mengahampiri kotak-kotak pizza yang telah kosong di meja. Saat melihat kalau kotak-kotak tersebut memang benar-benar sudah tidak ada isinya lagi, nenek gue pun mengeluarkan kalimat ekstrem lainnya, yaitu, “LAILAHAILALLAH, bisa kalian habiskan pizza sebanyak itu, hanya sepuluh menit da? Nenek makan setengah potong aja udah muntah.” katanya sambil setengah berteriak. Kita pun cuma cengar-cengir sambil memegang perut yang belum cukup kenyang sebenarnya.

0 komentar:

Template by:
Free Blog Templates